02599 2200313 4500001002100000005001700021008004100038020002200079035002400101040001200125082001400137084002100151090002400172090002400196100003200220245017300252250001100425260004000436300002300476500003100499520164000530650001802170700001602188850001202204990001702216990001702233990001702250990001802267INLIS00000000000031920170103103141.0  a978-979-024-290-6 0010-101400000000214 aYOPDYOG a181.19822 a181. 19822 Abd M aCoE 181.19822 Abd M aNUS 181.19822 Abd M aABDURRAHMAN EL-ASHIY, 1971- aMakrifat Jawa untuk semua :bMenjelajah ruang rasa dan mengembangkan kecerdasan batin bersama Ki Ageng Suryamentaramanc/ Abdurrahman El-Ashiy ; penyunting, Asep Sofyan aCet. 1 aJakartabSerambi Ilmu Semestac2011 a308 hlm. ;c20 cm. aBibliografi : hlm. 305-308 aBuku ini menyuguhkan salah satu khazanah kearifan yang kaya itu dari "Sang Matahari Jawa", Ki Ageng Suryomentaram. Sang Pencerah dari Mataram ini dipandang berhasil membumikan ajaran adi luhung leluhurnya. Dengan bahasanya yang sederhana, dia juga mampu menerangkan berbagai wacana filsafat tentang awal mula dan akhir alam semesta ke dalam penjelasan yang mudah dicerna. Dalam buku ini, kita juga mendapatkan tips dari Ki Ageng untuk menempa diri: 1. Mengamati dan meneliti rasa batin kita yang muncul serta bertanya dan menjawabnya dengan jujur; dari mana dan ke mana rasa batin kita menuju? 2. Membangkitkan kesadaran "aku sejati" agar senantiasa menjadi subjek dalam menghayati hidup dan kehidupan ini dengan penuh kesabaran, sehingga selalu memiliki keberanian untuk menghadapi kenyataan saat ini, di dunia ini, apa pun wujudnya! (saiki, ing kene, ngene!). 3. Mengambil keputusan atau menentukan sikap/tindakan berdasarkan pemahaman terhadap situasi yang sedang dihadapi, dengan memperhatikan dan mengkritik nilai-nilai yang kita yakini dengan sesungguhnya, dan tidak hanya berlandaskan kepada "katanya-katanya", "pantasnya-pantasnya", dan "duga-duga" semata. Belajar dari jejak-jejak kearifan yang tersirat dan tersurat dalam ajaran-ajaran Ki Ageng, spiritualitas bukanlah tujuan, melainkan seperti vitamin atau suplemen penambah energi untuk membangkitkan semangat yang mulai mengendor. Karena itu, jika ada pemburu spiritualitas yang sampai terlena, berasyik masyuk "enak sendiri" dan menutup mata terhadap penyakit sosial (tanpa ngenakke liyan) di sekitarnya, ia bukan lagi menjadi vitamin tetapi telah menjelma sebagai candu. aFilsafat Jawa aAsep Sofyan aYOPDYOG a2564-PD/B.14 a2565-PD/B.14 a2566-PD/B.14 a52230-PD/A.16